PENDAHULUAN
I.
Latar
belakang
Motivasi berasal dari bahasa latin ‘movere’
yang berarti “dorongan atau daya penggerak”.Motivasi ini sangat diperlukan oleh
seseorang dalammenjalankan segala aktifitasnya. Dalam menjalankan
hidup,motivasi sangat dibutuhkan untuk menjalankan sesuatu dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Seseorang hanya dapat bekerja dengan baik apabila ia
mendapatkan motivasi kerja yang baik juga. Motivasi kerja tidak hanya bersumber
dalam diri orang itu saja, melainkan memerlukan perpaduan baik dari diri
sendiri maupun dari orang lain.
Peningkatan
kinerja sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Peran
insentif cukup besar dalam membentuk sumber daya manusia yang potensial
sehingga melahirkan kinerja yang mampu bersaing diera globalisasi ini. Disadari
sepenuhnya bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting didalam
pencapaian tujuan organisasi. Insentif merupakan salah satu bentuk pemberian
penghargaan yang diberikan kepada seseorang
terkait dengan kontribusi sesorang
dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.
2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Motivasi dan Insentif ?
2. Apa saja
jenis-jenis Insentif ?
3. Bagaimana syarat-syarat pemberian
insentif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Motivasi
Salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan suatu organisasi/instansi adalah motivasi kerja SDM yang ada
dalam lingkungan organisasi/instansi tersebut. Motivasi merupakan variabel
perantara yang digunakan untuk menerangkan faktor-faktor dalam diri individu,
yang dapat membangkitkan, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku suatu
tujuan tertentu (J.P. Chaplin).
Motivasi berhubungan dengan kekuatan
(dorongan) yang berada di dalam diri manusia, sehingga motivasi kerja menunjuk
pada kondisi-kondisi (di dalam dan di luar individu) yang menyebabkan adanya
keragaman dalam intensitas, kualitas, arah dan lamanya perilaku kerja.
Beberapa
definisi mengenai motivasi yang dikemukakan oleh ahli:
H.
Hadari Nawawi (2005:351) menyatakan bahwa: “Motivasi berarti suatu kondisi yang
mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan (kegiatan)”.
Menurut
maslow, dalam Robbins (2006:166) mengemukakan bahwa: “Motivasi adalah suatu
proses pemenuhan kebutuhan”
Menurut
Anwar Prabu Mangkunegara (2002:93) menyatakan bahwa:
“Motivasi
adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari
motifnya”
Motivasi adalah alasan seseorang
untuk melakukan sesuatu aksi atau tindakan, sehingga orang-orang yang tidak beraksi
atau bertindak, sering kali kita sebut tidak memiliki motivasi. Motivasi ini
bisa muncul dari dalam diri kita ataupun dari luar diri kita.
Berdasarkan
definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah dorongan yang dimiliki individu yang merangsang untuk melakukan
tindakan (kegiatan) dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
B.
Sumber-Sumber
Motivasi
Adapun sumber-sumber motivasi pada diri kita adalah :
- Tuhan, merupakan sumber motivasi dari luar diri dan merupakan sumber motivasi yang paling tinggi dalam diri kita dan biasanya sumber motivasi dari Tuhan, memiliki kekuatan yang besar dan sangat luar biasa. Tuhan adalah sumber motivasi yang tidak akan habis, jika kita selalu menjalin hubungan dan melaksanakan apa yang Dia inginkan. Dengan menyerahkan seluruh persoalan dan mencari solusi dengan Tuhan sebagai penunjuk jalan pemecahan persoalan, maka semua ada jalan keluarnya.
- Diri sendiri, dimana keputusan dalam mencapai sesuatu yang kita inginkan berada di tangan kita. Didalam diri manusia, tinggal kekuatan yang sedang tidur, kekuatan yang dapat mencengangkan orang yang memilikinya, yang tidak pernah dia impikan bahwa selama ini dia ternyata memilikinya. Untuk membangun kekuatan itu terserah pada diri kita, kembangkan bakat..carilah..galilah..temuilah.
- Orang bijak, seperti guru, orang tua atau rohaniawan dan orang sukses, yang banyak memberikan motivasi-motivasi membangun pada diri kita. Bergaul dengan orang bijak, akan membuat kita semakin bijak. Bergaul dengan orang sukses, akan membuat kita sukses, karena kita bisa belajar kepada diri mereka. Jika anda ingin menjadi pemimpin, bergaulah dengan pemimpin.
- Membaca buku, dimana pada saat ini banyak buku-buku motivasi yang sangat bagus dan dikarang oleh orang-orang yang ahli. Banyaklah membaca buku yang dapat memotivasi kita untuk menjadi lebih baik.
C.
Teori Motivasi Kerja
Motivasi sebenarnya memiliki beberapa teori
dari beberapa pendapat tokoh, teori tersebut antara lain teori Motivasi Klasik
oleh F.W Taylor, teori Maslow’s Need Hierarchy oleh A.H. Maslow,
Herzberg’s two factor theory oleh Frederick Herzberg, Mc. Clelland’s
achievement Motivation Theory oleh Mc. Clelland, Alderfer Existence,
Relatedness And Growth (ERG) Theory oleh
Alderfer, teori Motivasi Human
Relation, teori Motivasi Claude S. Geogre. Namun, dari beberapa teori di atas penulis mencantumkan dua teori Maslow’s Need Hierarchy oleh A.H.
Maslow dan Herzberg’s
two factor theory oleh Frederick Herzberg.
a. Teori Motivasi menurut Abraham Maslow
Setiap
manusia mempunyai needs (kebutuhan, dorongan, intrinsic dan
extrinsic factor), yang pemunculannya
sangat tergantung dari kepentingan individu. Dengan kenyataan
ini, kemudian A. Maslow (Siagian, 1996: 149) membuat needs hierarchy theory untuk menjawab tentang tingkatan kebutuhan manusia
tersebut. Kebutuhan
manusia diklasifikasi menjadi lima hierarki kebutuhan yaitu :
1)
Kebutuhan Fisiologis ( Physiological Needs )
Perwujudan
dari kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan
pokok manusia yaitu sandang,
pangan, papan, dan
kesejahteraan individu.Kebutuhan ini
dipandang sebagai kebutuhan
yang paling mendasar, karena tanpa pemenuhan kebutuhan
tersebut, seseorang tidak dapat dikatakan hidup normal. Meningkatnya kemampuan
seseorang cenderung mereka berusaha meningkatkan pemuas kebutuhan dengan
pergeseran dari kuntitatif
ke kualitatif. Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan yang amat
primer, karena kebutuhan
ini telah ada
dan terasa sejak manusia
dilahirkan. Misalnya dalam hal
sandang. Apabila tingkat kemampuan seseorang masih rendah, kebutuhan
akan sandang akan dipuaskan
sekedarnya saja. Jumlahnya
terbatas dan mutunya pun
belum mendapat perhatian utama
karena kemampuan untuk itu memang
masih terbatas. Akan tetapi bila kemampuan seseorang meningkat,
pemuas akan kebutuhan
sandang pun akan ditingkatkan, baik sisi jumlah maupun
mutunya.
Demikian
pula dengan pangan, seseorang dalam hal ini
guruyang ekonominya masih
rendah, kebutuhan pangan
biasanya masih sangat sederhana. Akan tetapi
jika kemampuan ekonominya meningkat, maka pemuas kebutuhan
akan pangan pun akan meningkat. Hal serupa dengan kebutuhan akan papan/perumahan. Kemampuan ekonomi seseorang akan mendorongnya
untuk memikirkan pemuas kebutuhan perumahan dengan
pendekatan kuantitiatif dan kualitatif sekaligus.
2)
Kebutuhan Rasa Aman ( Safety Needs )
Kebutuhan keamanan
harus dilihat dalam arti luas,
tidak hanya diartikan dalam arti
keamanan fisik semata, tetapi juga keamanan psikologis dan perlakuan
yang adil dalam pekerjaan.Karena pemuas kebutuhan ini terutama dikaitkan dengan
kekaryaan seseorang, artinya keamanan dalam arti fisik termasuk keamanan
seseorang didaerah tempat tinggal, dalam perjalanan menuju ke tempat bekerja,
dan keamanan di tempat kerja.
3)
Kebutuhan Sosial ( Social Needs )
Manusia pada
hakekatnya adalah makhluk
sosial, tidak dapat memenuhi kebutuhan
sendiri dan pasti memerlukan bantuan orang lain, sehingga mereka harus
berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Kebutuhan sosial tercermin dalam empat
bentuk perasaan yaitu:
a)
Kebutuhan akan perasaaan diterima orang lain dengan siapa ia bergaul dan berinteraksi
dalam organisasi dan
demikian ia memiliki sense of belonging yang tinggi.
b)
Harus diterima sebagai kenyataan bahwa setiap orang mempunyai jati diri yang
khas dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan jati
dirinya itu, setiap manusia merasa
dirinya penting, artinya ia
memiliki sense of importance.
c)
Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak akan gagal sering disebut sense of accomplishment. Tidak ada orang yang merasa senang apabila ia
menemui kegagalan, sebaliknya
ia
senang apabila ia menemui keberhasilan.
d)
Kebutuhan akan perasaan diikutsertakan ( sense of participation ). Kebutuhan
ini sangat terasa dalam hal
pengambilan keputusan yang
menyangkut diri dan tugas sendiri. Sudah
barang tentu bentuk dari
partisipasi itu dapat beraneka ragam seperti
dikonsultasikan, diminta memberikan
informasi, didorong memberikan saran.
4)
Kebutuhan akan Harga Diri ( Esteem Needs
).
Semua
orang memerlukan pengakuan atas keberadaan statusnya oleh orang lain. Situasi
yang ideal adalah apabila prestise itu timbul akan menjadikan
prestasi seseorang. Akan tetapi
tidak selalu demikian, karena
dalam hal ini semakin tinggi kedudukan seseorang, maka akan
semakin banyak hal yang digunakan sebagai simbol statusnya itu.
Dalam kehidupan organisasi banyak fasilitas yang diperoleh seseorang
dari organisasi untuk menunjukkan kedudukan statusnya dalam organisasi. Pengalaman
menunjukkan bahwa baik dimasyarakat
yang
masih tradisional maupun di lingkungan masyarakat yang sudah maju, simbol-simbol status tersebut tetap
mempunyai makna penting dalam kehidupan berorganisasi.
5)
Aktualisasi Diri (Self Actualization )
Hal ini
dapat diartikan bahwa
dalam diri seseorang
terdapat kemampuan yang perlu
dikembangkan, sehingga
dapat memberikan sumbangsih yang besar terhadap kepentingan organisasi. Melalui kemampuan kerja yang
semakin meningkat akan semakin mampu memuaskan berbagai kebutuhannya dan pada
tingkatan ini orang cenderung untuk selalu mengembangkan diri serta berbuat
yang lebih baik.
b.
Teori Dua Faktor Herzberg
Menurut
Herzberg (Hasibuan, 1996: 108), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai
kepuasan dan menjauhkan diri
dari ketidakpuasan. Dua
faktor itu disebutnya
faktorhigiene (faktor
ekstrinsik) dan faktor motivator
(faktor intrinsik). Faktor
higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk di
dalamnya adalah hubungan
antar manusia, imbalan,
kondisi lingkungan, dan sebagainya
(faktor ekstrinsik), sedangkan faktor
motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk di dalamnya adalah
achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
D.
Pengertian
Insentif
Insentif
merupakan salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan penilaian kinerja
karyawan. Semakin tinggi kinerja karyawan, semakin besar pula insentif yang
diberikan oleh perusahaan.Pelaksanaan sistem insentif dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas karyawan terhadap output yang dihasilkan, seperti
yang dikemukakan oleh beberapa para ahli, diantaranya:
Beberapa
pengertian insentif menurut para ahli antara lain Jiwo Wangso dan Kartanto Broto Harsono (2003:101) adalah: “Insentif
merupakan elemen atau balas jasa yang diberikan secara tidak tetap atau
bersifat variabel tergantung pada kondisi pencapaian prestasi kerja karyawan”.
Sedangkan
pengertian insentif menurut Marihot Tua
Effendi Hariandja (2005;265) adalah:
“Insentif merupakan bentuk pembayaran langsung
yang dikaitkan dengan kinerja dan gain sharing dan diartikan sebagai pembagian
keuntungan bagi pegawai akibat peningkatan produktivitas atau penghematan
biaya”. Demikian halnya pendapat Sarwoto (2000:144) mengenai:
“Insentif
yaitu salah satu sarana motivasi yang dapat diberi batasan sebagai perangsang
ataupun pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada karyawan agar dalam diri
mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berpartisipasi dengan
perusahaan”.
Pengertian
insentif menurut Winardi (2001:373)
adalah:
“Dorongan untuk mencapai lebih banyak output
kerja untuk mencapai pembayaran lebih banyak terutama dipengaruhi oleh
pentingnya relatif banyak uang bagi pihak yang menerimanya dan evaluasi orang
yang bersangkutan, tentang adilnya rencana berdasarkan apa yang diperoleh
ekstra tersebut”.
Menurut T. Hani Handoko (2002:176), menyatakan bahwa pengertian insentif
adalah :
“Perangsang yang ditawarkan kepada
para karyawan untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari
standar-standar yang telah ditetapkan”.
Sedangkan menurut Malayu SP. Hasibuan (2001:118),
mengatakan bahwa insentif adalah :
“Tambahan balas jasa yang diberikan
kepada karyawan tertentu yang prestasinya diatas prestasi standar”.
Menurut Anwar Prabu Mangkungara (2002:89), mangatakan pengertian insentif
adalah :
“Suatu penghargaan dalam bentuk uang
yang diberikan oleh pihak pemimpin organisasi kepada
karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi yang tunggi dan
berprestasi dalam pencapaian
tujuan-tujuan organisasi”.
Hendri simamora (2004:514), mengatakan bahwa
pengertian insentif adalah :
“Kompensasi yang mengaitkan bayaran
atas dasar untuk dapat meningkatkan produktivitas para karyawan guna mencapai
keunggulan yang kompetitif”.
Menurut H. Hadari
Nawawi (2003:317), mengemukakan bahwa insentif adalah :
“Penghargaan atau ganjaran yang
diberikan untuk memotivasi para karyawan agar produktiviyasnya tinggi dan
sifatnya tidak tetap”.
Sedangkan menurut Mutiara S. Panggabean (2002:89),
mengatakan bahwa insentif adalah :
“Penghargaan dalam bentuk uang yang
diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan”.
Berdasarkan
uraian diatas dapat dibuat kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan insentif
adalah suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak pimpinan
kepada karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi yang tinggi, berprestasi
dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi atau pemberian uang diluar gaji sebagai
pengakuan terhadap prestasi kerja dan kontribusi karyawan kepada organisasi.
Insentif adalah suatu penghargaan
dalam bentuk material atau non material yang diberikan oleh pihak pimpinan
organisasi perusahaan kepada karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi yang
tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan, dengan kata
lain pemberian insentif adalah pemberian uang diluar gaji sebagai pengakuan
terhadap prestasi kerja dan kontribusi terhadap karyawan kepada perusahaan.
Pelaksanaan insentif dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas karyawan dan
mempertahankan karyawan yang berprestasi agar tetap berada dalam perusahaan.
Insentif adalah dorongan agar seseorang agar mau bekerja dengan baik dan agar
dapat mencapai produktivitas yang tinggi sehingga dapat membangkitkan gairah
kerja dan motivasi yang tinggi.
E.
Jenis-Jenis Tipe
Insentif
Menurut
Sarwoto (2000:144) secara garis besar jenis insentif dapat digolongkan menjadi
dua :
1. Insentif
material
Ada
bermacam-macam cara dalam memberikan balas jasa kepada karyawan untuk pekerjaan
yang telah dilaksanakan. Balas jasa seseorang pekerja dapat didasarkan pada:
- Waktu
b. Berwujud
gaji dengan jumlah tertentu yang dibayarkan perbulan kepada seorang karyawan. Cara
ini dapat digunakan bilaman sulit atau mahal biayanya untuk mengukur hasil
pekerjaan karyawan yanng bersangkutan.
c. Hasil
pekerjaan
d. Diwujudkan
dalam bentuk pembayaran yang dibayarkan berdasarkan besar kecilnya hasil
pekerjaan.
e. Gabungan
waktu
f. Diwujudkan
dalam bentuk kombinasi antara waktu dengan hasil pekerjaan yang dihasilkan
pekerja yang dilaksanakan dengan baik.
Insentif
material dapat diberikan dalam bentuk:
1) Uang
Insentif
material yang berbentuk uang dapat diberikan dalam berbagai macam, antara lain:
a) Bonus
1. Uang
yang dibayar sebagai balas jasa atas hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan
2. Diberikan
secara selektif dan khusus kepada pekerja yang berhak menerimanya
3. Diberikan
sekali terima tanpa sesuatu ikatan dimasa yang akan datang
b) Komisi
1. Merupakan
sejenis bonus yang dibayarkan kepada pihak yang menghasilkan pekerjaan yang
baik
2. Lazimnya
dibayarkan sebagai bagian dari pada penjualan dan diterima kepada pekerja
bagian penjualan
c) Profit
sharing
Dalam
hal pembayaran dapat diikuti macam-macam pola, tetapi biasanya mencakup
pembayaran berupa sebagian dari laba bersih yang disetorkan kedalam sebuah dana
dan kemudian dimasukkan kedalam daftar pendapatan setiap karyawan.
d) Kompensasi
yang ditangguhkan
Ada dua macam program balas jasa
yang mencakup pembayaran dikemudian hari yaitu pensiun dan pembayaran
kontraktual. Pensiun mempunyai nilai insentif karena memenuhi salah satu
kebutuhan pokok manusia yaitu menyediakan jaminan sosial ekonomi setelah
berhenti bekerja. Pembayaran kontraktual adalah pelaksanaan perjanjian antara
perusahaan dan karyawan dimana karyawan setelah selesai masa kerja akan
dibayarkan sejumlah uang tertentu selama periode waktu yang telah ditentukan.
2) Jaminan
sosial
Insentif material yang diberikan dalam
bentuk jaminan sosial yang lazimnya diberikan secara kolektif, tidak ada unsur
kompetitif atau persaingan, setiap karyawan dapat memperolehnya sama rata dan
otomatis.
Bentuk jaminan sosial ada beberapa macam
antara lain:
a. Pemberian
rumah dinas
b. Pengobatan
secara cuma-cuma
c. Berlangganan
surat kabar atau majalah secara gratis
d. Cuti
sakit dan melahirkan dengan tetap mendapatkan pembayaran gaji
e. Pemberian
tugas belajar (pendidikan dan pelatihan)
f. Pemberian
piagam pembayaran
g. Kemungkinan
untuk membayar secara angsuran oleh karyawan atas pembelian barang-barang dari
koperasi perusahaan
2. Insentif
non-material
Insentif
non-material dapat diberikan dalam berbagai macam bentuk, antara lain:
a. Pemberian
gelar (title) secara resmi.
b. Pemberian
balas jasa
c. Pemberian
piagam penghargaan
d. Pemberian
promosi
e. Pemberian
hak untuk menggunakan sesuatu atribut dan fasilitas perusahaan
f. Pemberian
pujian atau ucapan terima kasih secara formal maupun informal.
F. Syarat-Syarat Pemberian Insentif
Menurut Panggabean (2002:92) syarat tersebut
adalah:
1. Sederhana, peraturan dari sistem insentif harus singkat, jelas dan dapat dimengerti.
2. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan untuk mereka lakukan.
3. Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu.
4. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk menentukan rencana insentif. Program dolar akan sia-sia (dan program evaluasi akan terhambat), jika prestasi tertentu tidak dapat dikaitkan dengan dolar yang dibelanjakan.
Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1990 : 163) sifat dasar pengupahan agar proses pemberian insentif berhasil:
a. Pembayaran hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan itu sendiri.
b. Penghasilan yang diterima karyawan seharusnya langsung menaikkan output.
c. Pembayaran dilakukan secepat mungkin.
d. Standar kerja ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi maupun rendah dapat berakibat buruk.
e. Besarnya upah normal dengan standar jam kerja hendaknya cukup merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.
1. Sederhana, peraturan dari sistem insentif harus singkat, jelas dan dapat dimengerti.
2. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan untuk mereka lakukan.
3. Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu.
4. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk menentukan rencana insentif. Program dolar akan sia-sia (dan program evaluasi akan terhambat), jika prestasi tertentu tidak dapat dikaitkan dengan dolar yang dibelanjakan.
Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1990 : 163) sifat dasar pengupahan agar proses pemberian insentif berhasil:
a. Pembayaran hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan itu sendiri.
b. Penghasilan yang diterima karyawan seharusnya langsung menaikkan output.
c. Pembayaran dilakukan secepat mungkin.
d. Standar kerja ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi maupun rendah dapat berakibat buruk.
e. Besarnya upah normal dengan standar jam kerja hendaknya cukup merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Motivasi berhubungan dengan kekuatan
(dorongan) yang berada di dalam diri manusia, sehingga motivasi kerja menunjuk
pada kondisi-kondisi (di dalam dan di luar individu) yang menyebabkan adanya
keragaman dalam intensitas, kualitas, arah dan lamanya perilaku kerja.
Insentif
adalah dorongan pada seseorang agar mau bekerja dengan baik dan agar lebih
dapat mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi sehingga dapat membangkitkan
gairah kerja dan motivasi seorang pegawai, jadi seseorang mau bekerja dengan
baik apabila dalam dirinya terdapat motivasi, yang menjadi masalah adalah
bagaimana pula menciptakan gairah kerja dan motivasinya, sebab walaupun
motivasi sudah terbentuk apabila tidak disertai dengan gairah kerjanya maka
tetap saja pegawai tersebut tidak akan bisa bekerja sesuai yang diharapkan.
Di mana pada
prinsipnya pemberian insentif menguntungkan kedua belah pihak. Perusahaan
mengharapkan adanya kekuatan atau semangat yang timbul dalam diri penerima
insentif yang mendorong mereka untuk bekerja dengan lebih baik dalam arti lebih
produktif agar tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan/instansi dapat
terpenuhi sedangkan bagi pegawai sebagai salah satu alat pemuas kebutuhannya.
b.
Saran
Demikian yang dapat kami dapat
paparkan mengenai Motivasi Kerja dan Insentif Organisasi, tentunya kami
menyadari betul atas segala kekurangannya. Maka dari itu, kami berharap para
pembaca dan penyimak memberikan kritik dan saran yang membangun demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini berguna khususnya
bagi penyusun dan umumnya bagi pihak penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Casinos Near Me - JT Hub
BalasHapusLooking for the nearest casino? 구미 출장안마 Check out our map and 구리 출장샵 get your answer! Casinos Near Me · Topgrip Hotels near me 양산 출장안마 · 계룡 출장안마 Las Vegas Casino · Holiday 안성 출장안마 Inn Express Express Hotel & Suites